Beruntunglah Anda Yang Bisa Berbicara Dalam Dua Bahasa

Kemampuan berbicara dua bahasa ternyata bisa mendatangkan banyak manfaat. Selain membuat kita memiliki banyak relasi dan pergaulan yang lebih luas, kemampuan menguasai dua bahasa seperti bahasa Indonesia dan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya serta bahasa daerah maka hal tersebut ternyata bisa mendatangkan manfaat yang tidak hanya terkait pada urusan komunikasi saja.

Berdasarkan penelitian para ahli diketahui bahwa orang yang menguasai atau mengerti serta berada dalam lingkungan yang selalu memperdengarkan penggunaan dua bahasa atau yang dikenal sebagai bilingual maka hal itu bisa membuat seseorang lebih pintar dan cerdas dari orang yang hanya berbicara dan mengerti satu bahasa saja.

Hal ini dikarenakan bilingual memberikan pengaruh yang lebih besar kepada otak dalam meningkatkan kesadaran dan kemampuan berpikir. Kemampuan berkata-kata dalam dua bahasa juga mendatangkan pengaruh positif bagi sesorang karena diketahui bisa membuat orang itu terhindar dari domensia atau ganguan akibat penurunan fungsi otak seperti pikun.

Berikut adalah pendapat dan kesimpulan para ahli yang didasari oleh penelitian yang mereka lakukan terhadap hubungan antara kemampuan bicara dalam dua bahasa alias bilingual dengan tingkat kecerdasan atau kepintaran.

Tahun 2004, dua orang psikolog, Ellen Bialystok dan Michelle Martin-Rhee, melakukan penelitian terhadap anak-anak TK yang memiliki kemampuan bilingual dan kemampuan hanya satu bahasa alias monolingual. Dalam penelitian itu kedua kelompok anak-anak itu diuji melalui permainan komputer di mana tujuan dari permainan itu adalah menguji seberapa cepat dan tepat kemampuan seorang anak mengenali dan membedakan bentuk dan warna dari sebuah benda atau objek. Dan hasilnya adalah anak-anak dengan kemampuan bilingual diketahui lebih unggul dari anak-anak monolingual.

Albert Costa, seorang peneliti dari Universitas Pompeu Fabra di Spanyol menyimpulkan bahwa antara bilingual dan monolingual menimbulkan pengaruh kepada pemikiran yang sifatnya lebih mendasar terutama dalam hal kemampuan untuk memantau lingkungan. Menurut Albert Costa bilingual adalah kondisi di mana seorang biasanya sering berganti-ganti bahasa dalam waktu yang singkat, misalnya dalam kehidupan sehari-hari, saat berbicara dengan ayahnya ia menggunakan satu bahasa dan kepada ibunya ia menggunakan bahasa lain.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Costa yaitu membandingkan seorang bilingual yang menguasai bahasa Jerman dan Italia dengan seorang monolingual yang hanya bisa berbahasa Italia, keduanya diberikan tugas untuk memantau kondisi lingkungan sambil mengendarai kendaraan. Hasilnya seorang bilingual tidak hanya melakukannya lebih baik tetapi aktivitas otaknya lebih sedikit atau lebih efisien dibandingkan dengan seorang monolingual.

2009, Sebuah studi yang dipimpin oleh Agnes Kovacs dari Sekolah Internasional di Trieste, Italia, melakukan pengamatan terhadap kelompok bayi berusia 7 bulan yang sejak lahir dibesarkan dalam lingkungan yang menggunakan dua bahasa, bayi tersebut kemudian dibandingkan dengan kelompok bayi lain yang dibesarkan dalam keluarga dengan satu bahasa. Dalam percobaan, kedua kelompok bayi itu diberi isyarat berupa audio dan kemudian ditampilkan boneka di salah satu sisi layar. Tujuan percobaan ini adalah untuk melihat respon dari bayi-bayi tersebut terhadap sebuah obyek di depan mereka. Selanjutnya dalam percobaan itu posisi boneka pada layar dipindahkan ke sisi yang berlawanan dari posisi pertama. Hasilnya kelompok bayi bilingual diketahui lebih mampu mengenali perubahan posisi boneka yang ada pada layar dibandingkan dengan bayi yang dibesarkan dalam lingkungan monolingual.

Pengaruh bilingual juga terjadi orang-orang tua atau yang memasuki usia senja. Sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh neuropsikolog Tamar Gollan dari University of California, San Diego, melakukan penelitian terbaru terhadap 44 orang lanjut usia yang menguasai bahasa Spanyol dan Inggris, sekelompok ilmuwan itu menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat penguasaan terhadap dua bahasa maka lebih tahan juga orang tersebut terhadap gejela demensia dan gejala lain dari penyakit Alzheimer.

Kumpulan bukti dari sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kemampuan bilingual meningkatkan fungsi eksekutif dari otak. Fungsi eksekutif dari otak merupakan fungsi otak yang bertugas memerintahkan untuk merencanakan, memecahkan masalah dan aktivitas yang membutuhkan faktor mental yang kuat. Meningkatnya fungsi otak yang satu ini membuat seorang bilingual lebih fokus dan tidak gampang terganggu konsentrasinya dan secara sadar mengalihkan jalan pikirannya dari satu hal ke hal lain seperti mengingat urutan-urutan rute dalam sebuah perjalanan sambil menyetir.

Seharusnya fakta di atas menjadi khabar gembira bagi penduduk Indonesia yang memiliki beragam bahasa di mana banyak keluarga Indonesia yang terbentuk dari dua budaya dengan bahasa daerah yang berbeda. Tentunya jika tradisi penggunaan bahasa daerah tetap terjaga dalam keluarga itu maka pastilah efek dari kemampuan bilingual terhadap kecerdasaan dan kesehatan otak pasti akan terasa dalam keluarga tersebut.

Hal yang patut disyukuri juga adalah diajarkannya bahasa daerah selain bahasa asing di sekolah-sekolah, tentunya selain untuk meningkatkan kecintaan terhadap budaya juga berdampak terhadap kecerdasan dan kesehatan otak, seperti yang disimpulkan dari penelitian para ahli di atas.

Sumber: www.nytimes.com